PORTALEVENTS.ID-Asia Video Industry Association (AVIA) rumah bagi lebih dari 200 delegasi baru saja menggelar konferensi Indonesia in View yang berlangsung tepatnya di hotel Park Hyatt, Jakarta pada tanggal 31 Agustus.
Konferensi ini dibuka dengan para pemimpin industri TV dan streaming yang berbagi pandangan mereka mengenai kondisi TV dan video di Indonesia, di mana total pendapatan industri video diperkirakan akan meningkat dari US$2,5 miliar pada tahun 2023 menjadi US$3,7 miliar pada tahun 2028, menurut hingga penelitian terbaru oleh Media Partners Asia (MPA).
Tizar Patria, Senior Manager of Business Development, (Indonesia, Thailand, Malaysia), Netflix,
“Optimis terhadap pasar karena Netflix terus berkembang, dengan fokus pada konten yang sesuai dengan pasar ditambah dengan pengalaman berkualitas bagi konsumen”, ucapnya..
Clarissa Tanoesoedibjo, Managing Director Vision+, menambahkan bahwa,
“Diperlukan ekosistem yang memperkuat seluruh bagian lainnya, mulai dari TV berbayar hingga free to air dan streaming, dan menemukan mitra strategis di pasar untuk memaksimalkan peluang adalah kuncinya”, tambahnya.
Lesley Simpson, Country Head, WeTV dan iflix Indonesia, juga sependapat bahwa,
“Pertumbuhan OTT telah hadir dan dapat dicapai melalui kemitraan strategis”, tuturnya.
Indonesia mewakili pasar konten video terbesar di Asia Tenggara, masih harus bersaing dengan sengit untuk mendapatkan konten. Titan Hermawan, Presiden Direktur MNC Pictures, melihat,
“Perlunya menciptakan IP orisinal dan cerita orisinal sebagai peluang besar bagi penulis naskah baru”, ucapnya.
Bagi Angga Dwimas Sasongko, Pendiri, Direktur, Visinema Group,
“Yang paling penting adalah fokus pada sumber talenta untuk dapat meningkatkan produksi konten”, ujar Angga.

Para panelis juga sepakat dengan Abid Hussain, Pendiri & CEO, Creative Stew, bahwa model bisnis perlu diubah demi kemajuan produsen. Ruben Hattari, Direktur Kebijakan Publik Asia Tenggara, Netflix, mengatakan bahwa,
“Industri perlu berupaya memperluas basis keterampilannya. Indonesia juga merupakan satu-satunya negara yang tidak mempunyai skema insentif produksi sehingga masih banyak yang perlu dilakukan untuk mendukung pertumbuhan industri ini”, kata Rubben Hattari, Direktur Kebijakan Publik Asia Tenggara, Netflix.
Tingginya tingkat pembajakan masih menjadi masalah utama di Indonesia, melalui survei konsumen tahunan terbaru dari Koalisi Melawan Pembajakan AVIA menunjukkan bahwa 54% konsumen di Indonesia mengakses layanan pembajakan, yang merupakan jumlah tertinggi keempat pembajakan di wilayah ini.
Dalam upaya kolaboratif besar-besaran dalam memerangi pembajakan, CAP dan Asosiasi Video Streaming Indonesia (AVISI) menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) di Jakarta pada tanggal 30 Agustus di State of Piracy Summit CAP yang diselenggarakan bersama Indonesia in View. MOU ini mewakili langkah maju yang signifikan bagi AVIA dan AVISI dalam menggabungkan sumber daya mereka untuk memerangi pembajakan online di Indonesia dan melindungi industri kreatif dan media di Indonesia. Indonesia in View mengalihkan fokus ke monetisasi video premium pada sore hari. Chris Mottershead, Komersial APAC, Publica, mengatakan bahwa
“Dengan tidak adanya rencana pengiklan saat ini, programmatic kemungkinan akan memainkan peran yang lebih besar dalam monetisasi. Berbagi wawasan dari pasar lain, Mottershead juga menambahkan bahwa FAST adalah cara yang baik untuk menarik kembali konsumen yang keluar dari ekosistem pembayaran, karena mereka dapat keluar dari OTT, beralih ke FAST, dan kembali lagi ke OTT ketika mereka mampu membayar langganan”, ujar Chris Mottershead saat diskusi “Indonesia in View 2023” di Hotel Park Hyatt, Jakarta (31/8).
Khin Mu Yar Soe, Director of Customer Success SEAK, PubMatic, juga mengatakan bahwa,
“Ruang terprogram akan terus tumbuh dan berkembang, dengan pendekatan yang lebih terintegrasi baik di sisi pembelian dan penjualan, serta di tingkat teknologi”, katanya.
Konferensi ini ditutup dengan pembicaraan utama dengan Hary Tanoesoedibjo, Executive Chairman, MNC Group, yang menguraikan fase berikutnya dari rencana ambisiusnya untuk mengalihkan fokusnya menjadi perusahaan konten dan hiburan. Ia menyampaikan rencananya untuk menggabungkan RCTI+ dan Vision+ menjadi sebuah aplikasi super di mana layanan dua tingkat akan ditawarkan di bawah satu merek yang menggabungkan konten FTA yang akan terus dimonetisasi melalui iklan serta layanan berlangganan premium. Rencananya juga untuk menciptakan ekosistem yang lebih besar dan mengembangkan layanan untuk menargetkan seluruh Asia dengan berinvestasi pada konten yang lebih berkualitas. Ketika ditanya mengenai rumor penjualan MNC Play, Tanoesoedibjo menyampaikan bahwa,
“Mereka akan sepakat untuk menjual bagian infrastruktur data dari bisnis tersebut sambil tetap mempertahankan bisnis IPTV dan terus menggabungkan layanan untuk pelanggan lama dan pelanggan masa depan”, tutupnya.